Nama : Vinnike Hermawanty
NPM : 29213869
Kelas :
3EB18
1.
Pengertian Penalaran
Penalaran memiliki
beberapa pengertian, antara lain:
- Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi yang saling berhubungan sampai mendapat kesimpulan.
- Menghubungkan fakta atau data sampai
mendapatkan kesimpulan.
- Proses menganalisis suatu topik
sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
- Dalam karangan terdiri dari dua
variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau
menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan
suatu derajat hubungan dan simpulan.
- Pembahasan suatu masalah sampai
menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
2.
Proporsisi
Proporsisi merupakan
kalimat yang memiliki arti penuh, utuh, dan dapat dinilai benar/salah. Proporsisi
memiliki pembilang pada subjek. Kalimat yang dapat disebut sebagai proporsisi
adalah kalimat netral. Dalam penalaran, proporsisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan
konklusi (consequence). Hubungan premis dengan konklusi disebut konsekuensi.
Dalam ilmu logika,
proporsisi memiliki tiga unsur, yaitu:
- Subjek, terdiri dari
orang, benda, tempat, atau perkara.
- Predikat, adalah perkara
yang dinyatakan dalam subjek.
- Kopula, adalah kata yang
menghubungkan subjek dan predikat.
3.
Inferensi
Inferensi adalah pendapat
atau kesimpulan yang merupakan hasil penilaian, pertimbangan, dan keyakinan
seseorang tentang fakta.
Contoh: Tabrakan itu
terjadi karena kesalahan supir bus yang menghentikan kendaraannya secara
mendadak.
Untuk membuktikan
kebenaran sebuah kesimpulan perlu diuji fakta yang menjadi dasar penyusunan kesimpulan
dan proses pembentukan kesimpulan tersebut. Misalnya, kita ingin membuktikan
kesimpulan pada contoh benar, maka yang dapat kita lakukan adalah:
- Membuktikan bahwa
peristiwa tabrakan itu benar
- Menilai proses yang
digunakan untuk kesimpulan
- Jika terjadi kesimpulan
yang berbeda-beda, langkah yang harus diambil adalah penyelesaian masalah
melalui hukum, yang secara ilmiah diacu dari referensi.
4.
Implikasi
Implikasi ialah ucapan
atau perkataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat tentang
fakta tersebut.
Contoh : Tadi pagi
terjadi sebuah tabrakan di depan kampus.
Untuk menguji kebenaran
ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta sebagai sesuatu yang
benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur. Misalnya, kita
membuktikan ucapan pada contoh; maka kita mencoba mendatangi tempat tabrakan
dan melihat apakah sungguh-sungguh telah terjadi peristiwa yang diucapkan? Atau
kalau semua akibat dari peristiwa tersebut tidak dapat dilihat lagi, maka kita
mencari informasi lebih lanjut kepada orang-orang yang menyaksikan peristiwa
itu. Bila dari beberapa informasi yang masuk, semuanya mengatakan hal yang sama
dan membenarkan peristiwa tabrakan itu, maka kita menjadi yakin bahwa ucapan di
atas benar.
5.
Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua kesaksian,
informasi, otoritas, dan fakta yang ada yang dihubungkan untuk membuktikan
suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam
wujudnya yang paling rendah, evidensi berbentuk data atau informasi.
6.
Cara Menguji data
Data dan informasi yang
digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan
pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta
itu siap digunakan sebagai evidensi. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menguji data yaitu:
- Observasi, yaitu
peninjauan kembali pada data atau informasi,
- Kesaksian,
- Autoritas, yaitu
pendapat ahli atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat.
7.
Jenis-jenis Metode Penalaran
Penalaran Induktif
Penalaran induktif ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah
fenomena atau gejala individual untuk menurunken suatu kesimpulan (inferesi)
yang berlaku umum. Proses induksi dapat dibedakan menjadi:
Generalisasi, ialah proses berpikir berdasarkan
pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik
kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
Contohnya
: Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa ikan, ayam, dan
buaya adalah binatang yang telinganya tidak terlihat. Hewan-hewan menghasilkan
keturunan dengan cara bertelur. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi
bahwa semua binatang tanpa telinga yang terlihat mereproduksi turunannya
melalui bertelur.
Analogi, ialah suatu proses berpikir
untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus
berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
Contonya
: Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan
melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal
memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan
ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang
juga akan terjadi pada manusia.
Hubungan
Kausal (Sebab akibat), prinsip
umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada
penyebabnya.
Contoh:
Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian
yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa
mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip,
hukum, putusan yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala atas prinsip
umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan
bagian dari hal atau gejala diatas.
Contoh:
Semua makhluk hidup akan mati. Manusia adalah makhluk hidup. Karena itu,
semua manusi akan mati.
Penalaran
deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
Silogisme, adalah suatu proses penalaran yang
menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah
kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan
yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang
terkandung didalamnya.
Dari
pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang
menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari
silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua
unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau
tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk
sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan
adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas,
akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya. Contoh:
Premis
mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis
minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan
: Jadi, Habibie adalah pemikir.
Entinem, adalah suatu proses
penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami. Contoh:
Berangkat
dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis
mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang sedang kesusahan
Premis
minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan
: Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.
8. Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah
kekeliruan dalam prosesberpikir karena keliru menafsirkan atau menarik
kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan
atau ketidaktahuan.
Contoh
: Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin
dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa
Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau
dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.Salah tafsir dapat terjadi
karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan
otoritas yang berlebihan.
1. Generalisasi yang terlalu luas
. Salah nalar ini terjadi karena
kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas
mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan
orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan
generalisasi yang muncul:
a.
Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan
terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang
sangat sedikit.
Contoh:
Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi
yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih
banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana
prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b.
Generalisasi apriori
Salah
nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau
peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari
suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan
pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua
anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh:
Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman
sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya
2. Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi
yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial
(pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap
kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu
tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan,
karena menghambat.”
3. Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan
menentukan sebab.
Contoh: Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang
dapat berenang.
4. Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang
diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak
kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a.
Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki
undang-undang khusus tentang hal itu.
b.
Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan
gaji pegawai negeri.
c.
Kurang memahami persoalan
Salah
nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan
yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena
atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang
terjadi.
5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan
pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai
tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.Agar tidak terjadi salah nalar karena
faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
- Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain,
- Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan
persoalan yang dibahas,
- Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Dibuat berdasarkan SAP Gunadarman Online untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia 2 (2015)
Referensi:
Hs, Widjono. 2007. Bahasa
Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Grasindo.
Rahayu, Minto. 2007.
Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.