Jumat, 18 Desember 2015

Bibliografi

Nama   : Vinnike Hermawanty
NPM   : 29213869
Kelas   : 3EB18

PENGERTIAN BIBLIOGRAFI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bibliografi adalah daftar buku atau karangan yang merupakan sumber rujukan dari sebuah tulisan atau karangan atau daftar ulang tentang suatu subjek ilmu. Bibliografi berasal dari bahasa Yunani Biblion yang berarti buku, dan Graphein yang berarti menulis. Dalam hal ini maka bibliografi berarti penyusunan daftar acuan yang digunakan dari buku yang tengah digarap secara sistematis dan sesuai aturan-aturan tertentu. Bibliografi dapat juga disebut daftar acuan, daftar bacaan, daftar pustaka, daftar rujukan, kepustakaan, literatur, pustaka acuan, atau referensi.

FUNGSI DAN TUJUAN BIBLIOGRAFI
  1. Pembaca dapat melihat kembali sumber aslinya.
  2. Dapat menambah pengetahuan pembaca.
  3. Dapat memberikan deskripsi yang penting mengenai tulisan tersebut secara keseluruhan.
  4. Dapat menjadi pelengkap catatan kaki.


MACAM-MACAM BIBLIOGRAFI
Dari segi cara penyampaian dan  uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi:
1. Bibliografi Deskriptif
Bibliografi deskriptif yaitu bibliografi yang dilengkapi deskripsi singkat yang dapat dari gambaran fisik yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau majalah, judul artikel, nama pengarang, data terbitan (imperesium), kolasi serta kata kunci dan abstrak yang tertulis.

2. Bibliografi Evaluatif
Bibliografi evaluatif yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan pustaka. Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka atau artikel.

Dari segi cakupannya, bibliografi dibagi menjadi:
1. Bibliografi Retrospektif
Bibliografi retrospektif yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan pada zaman yang lampau. Contohnya : Bibliografi sejarah perang Diponegoro.

2. Bibliografi Terkini (current)
Bibliografi terkini yaitu bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit saat ini. Contohnya : Ulrich’s International Periodicals Directory.

3. Bibliografi Selektif
Bibliografi selektif yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu. Misalnya : Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah.

4. Bibliografi Subjek
Bibliografi subjek yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang ilmu dan subjek tertentu. Misalnya : Bibliografi khusus ternak kelinci.

5. Bibliografi Nasional
Bibliografi nasional yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah regional tertentu. Contohnya : Bibliografi Nasional Indonesia.

UNSUR-UNSUR BIBLIOGRAFI
  1. Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap
  2. Judul buku, termasuk judul tambahannya
  3. Data publikasi: penerbit, tempat terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid buku, dan jumlah halaman.
  4. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, atau surat kabar, tanggal dan tahun.


PENYUSUNAN BIBLIOGRAFI
  1. Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi  adalah satu spasi. Namun, jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
  2. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.
  3. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, untuk referensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.


PENULISAN NAMA PENGARANG
  1. Tulis nama pengarang. Untuk nama pengarang yang lebih dari satu kata, nama belakang ditulis terlebih dahulu kemudian diikut tanda koma, kemudian nama depan yang diikuti nama tengah dan seterusnya. Contohnya untuk nama pengarang Muhammad Taufik Rahman ditulis: Rahman, Muhammad Taufik.
  2. Untuk buku yang ditulis oleh dua atau tiga pengarang, penulisan nama pengarang pertama seperti poin 1, untuk pengarang kedua dan ketiga ditulis apa adanya (tidak dibalik). Contohnya Taufik Rahman dan Siti Hanna ditulis: Rahman, Taufik, dan Siti Hanna.
  3. Untuk buku dengan banyak pengarang cara penulisannya dengan cara menuliskan pengarang pertama seperti pada poin 1, dan untuk nama pengarang lainnya cukup dengan singkatan dkk.
  4. Tidak perlu mencantumkan gelar.
  5. Nama pengarang diurutkan berdasarkan abjad.
  6. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan abjad.
  7. Jika beberapa buku ditulis oleh pengarang yang sama, cara menuliskannya adalah nama penulis pada urutan pertama ditulis, kemudian nama penulis pada urutan kedua dan seterusnya diganti dengan garis delapan ketukan
Contoh:
Rahman, Taufik. 2014.
________ . 2015.

PENULISAN TAHUN TERBIT
  1. Penulisan tahun terbit diletakkan sesudah nama pengarang, dipisahkan dengan titik dan diakhiri pula dengan titik.
  2. Jika beberapa buku ditulis seorang pengarang, urutan penyusunan berdasarkan tahun yang lebih awal.
  3. Jika beberapa buku dotulis seorang pengarang dengan tahun yang sama, dibelakang tahun harus ditandai huruf a dan b sebagai pembeda.
  4. Jika buku tidak diketahui tahun terbitnya, dibelakang nama pengarang harus dicantumkan frasa Tanpa Tahun.


PENULISAN JUDUL BUKU
  1. Penulisan judul buku diletakkan setelah tahun terbit, dipisahkan dengan tanda titik, dan dicetak miring atau digarisbawahi tanpa tanda petik.
  2. Jika judul yang digunakan belum pernah dipublikasikan seperti skripsi, tesis, dan disertasi, judul tersebut tidak perlu dicetak miring atau digaris bawahi, tetapi cukup diberi tanda petik.


PENULISAN TEMPAT TERBIT
  1. Penulisan tempat terbit (kota) diletakkan sesudah judul, dipisahkan dengan tanda titik, dan diakhiri dengan titik dua.


PENULISAN NAMA PENERBIT
  1. Penulisan nama penerbit dicantumkan sesudah tempat terbit dan diakhiri dengan tanda titik.
  2. Jika lembaga penerbit dijadikan nama pengarang sebab nama pengarang tidak ada, nama penerbit tidak perlu disebutkan lagi sesudah tempat terbit.


PENULISAN DARI INTERNET
Menurut Sophia (2002) komponen bibliografi online adalah:
  1. Nama pengarang
  2. Tanggal revisi terakhir
  3. Judul makalah
  4. Media yang memuat
  5. URL yang terdiri dari protocol/path/file
  6. Tanggal akses

Contoh Bibliografi : Rahman, Taufik. 2015. Together to Jannah. Jakarta: Gramedia.

Contoh bibliografi online:
Rochmatin, 2011, Daftar Pustaka/Bibliografi, [online], (https://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/11/daftar-pustakabibliografi/, diakses tanggal 19 Desember 2015)


DAFTAR PUSTAKA:
Rochmatin, 2011, Daftar Pustaka/Bibliografi, [online], (https://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/11/daftar-pustakabibliografi/, diakses tanggal 19 Desember 2015)
Wulandari, Amira, 2010, Daftar Pustaka (Bibliografi), [online], (http://giraw-amirachman.blogspot.co.id/2010/01/daftar-pustaka-bibliografi_14.html diakses tanggal 26 November 2015)

Kamis, 19 November 2015

Islamic Banking Outlook 2020

Pembicara : Ardiansyah Rakhmadi, Lc., MSI
Head of Sharia Compliance Department, Bank Muamalat Indonesia


Perbankan Konvensional telah diketahui memiliki banyak mudharat dalam perekonomian. Akar permasalahannya berawal sejak The Great Depression di Amerika. Pada tahun 1920, pasar modal booming di Amerika, mereka menganggap pasar modal adalah sarana untuk cepat kaya. Dalam surat kabar, pemerintah mengemukakan jargon “Buy Buy Buy Experts Advise” yang artinya pemerintah menyarankan agar masyarakat membeli saham sebanyak-banyaknya. Hampir seluruh uang dalam perekonomian mengalir ke pasar modal, yang kemudian menyebabkan harga saham naik pada level tertinggi. Ketika harga saham melambung sedemikian tinggi, masyarakat menjadi tidak mampu membeli saham. Saham yang telah mereka miliki sebelumnya tidak dapat dijual kembali. Kemudian terjadilah crash (keadaan dimana pemegang saham menjual sahamnya dengan harga yamg rendah). Bank-bank mulai ditutup, perusahaan tidak dapat mengambil uangnya kembali menyebabkan produksi terhenti dan pada akhirnya sektor riil mulai bertumbangan.

Setelah kejadian tersebut, para ekonom mulai melakukan berbagai penelitian. Ekonom dari Chicago University mengusulkan The Nero Banking System. Ia melihat ekonomi islam dapat mencegah dan mengurai permasalahan ekonomi yang tengah terjadi. Dalam jurnalnya yang berjudul “Remedy for Banking Crises: What Chicago and Islam Have In Common: A Comment” menyebutkan “There is nothing wrong with more of the same, except course that it often doesn’t address the root of the problems. It only postphones the next turmoil”.
Ada tiga hal yang menjadi problem utama dari perbankan konvensional. Pertama, penerapan sistem bunga, dimana bank menjanjikan secara pasti beberapa persen tertentu atas dana yang dititipkan nasabah, tanpa mempertimbangkan kemunginan ketidakmampuan memberikan bunga tersebut. Kedua,  adanya money creation melalui fractional reserve system and bank system. Dan ketiga tidak dapat melindungi nasabah dari transaksi haram, dimana dana yang dititipkan nasabah bebas disalurkan bahkan untuk transaksi atau bisnis haram sekalipun.
Pada Perbankan Konvensional, potensi negative spread terjadi jika bunga pinjaman lebih rendah dari bunga simpanan. Untuk mengetahui bank akan bangkut, dapat dilihat melalui laporan keuangan bank tersebut atau dapat juga diketahui dari berbagai media. Ketika terjadi goncangan ekonomi, perbankan akan menetapkan teaser rate (bunga godaan) yaitu menjanjikan bunga kredit yang tinggi. Masyarakat akan berbondong-bondong menitipkan dananya di bank. Sayangnya, tidak akan ada yang tertarik meminjam uang jika bunga pinjaman terlalu tinggi. Dengan demikian dana nasabah tidak akan tersalurkan. Setelah itu terjadilah gelombang kebangkrutan.
Kerangka pengembangan Perbankan Syariah merupakan jawaban dari masalah perekonomian yang ada. Jawaban tersebut antara lain:
  1. Membangun paradigma perbankan syariah berbasis sektor riil.
  2. Mengganti sistem bunga dengan sistem berbasis akad (bagi hasil).
  3. Penguatan self immunity & early warning system.
  4. Penerapan full reserve system dalam operasional bank.
  5. Perlindungan dari transaksi haram.

Ultimate result dari keberadaaan Perbankan Syariah:
  1. Menjaga dan memelihara Adh-dharuriyyat.
  2. Memenuhi seluruh Al-haajiyyaat.
  3. Mengupayakan tercapainya Al-kamaliyyat.

Tanya jawab:
Apakah di Indonesia ada Perbankan yang 100% syariah?
Jawab: Untuk saat ini belum ada, karena Bank Syariah masih butuh kerja sama dengan Bank Konvensional sehingga masih ada yang dinamakan Pendapatan Non Halal. Pendapatan Non Halal tadi berasal dari transaksi yang tidak sesuai syariat islam, seperti Bank Syariah yang memiliki rekening di Bank Konvensional di luar negeri akan mendapatkan bunga simpanan. Pendapatan tersebut tidak akan dialokasikan untuk bagi hasil, namun untuk kegiatan lain seperti disumbangkan atau bahkan pendapatan tersebut tidak diambil. Untuk mewujudkannya diperlukan tindakan secara konsisten dan nyata. Jangan jadikan hal tersebut alasan untuk tetap mengikuti alur Perbankan Konvensional yang diawal tadi sudah disebutkan mudharatnya, bahkan MUI menyatakan Perbankan Konvensional adalah haram. Jika nasabah Perbankan Konvensional meninggalkan Bank Konvensional dan beralih ke Bank Syariah, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan akan terciptanya Perbankan yang 100% Syariah. InsyaAllah.

Mengapa produk Perbankan Syariah lebih mahal dibandingkan dengan produk Perbankan Konvensional?
Jawab : Karena dana-dana di Perbankan Syariah lebih banyak berasal dari produk yang mahal seperti deposito. Untuk itu, sangat diharapkan dukungan msayarakat dan pemerintah agar berpihak pada Perbankan Syariah, salah satunya dengan cara menanamkan dana berupa giro.

Sumber :
Kuliah Umum Ekonomi Syariah Islamic Banking Oulook 2020
http://www.irti.org/English/Research/Documents/IES/098.pdf

Rabu, 04 November 2015

Tugas 2 : Karangan Ilmiah, Karangan Semi Ilmiah, dan Karangan Non Ilmiah

Karangan adalah ide, pikiran, dan perasaan pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Perbedaan utama dari ketiga karangan tersebut terletak pada bahasanya.
Bahasa karangan ilmiah yaitu bahasa Indonesia resmi : kesantunan EYD, kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraf, kata ganti pertama ‘penulis’ atau ‘peneliti’, menggunakan makna denotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan.
Bahasa karangan semi ilmiah dan non ilmiah yaitu bermakna konotasi dan figuratif, istilah umum/populer.

1. Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang ditulis menurut metodologi dan penulisan yang benar.

Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah antara lain:
  1. Memberi penjelasan
  2. Memberi komentar atau penilaian
  3. Memberi saran
  4. Menyampaikan sanggahan
  5. Membuktikan hipotesa

Sifat karya ilmiah:
1. Lugas dan tidak emosional
Pembicaraan langsung pada hal pokok, memiliki arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain)
2. Logis
Yaitu disusun berdasarkan urutan yang konsisten dan masuk akal
3. Objektif
Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
4. Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembangan
5. Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
6. Keseksamaan
Artinya berusaha menghindari kesalahan atau kekhilafan betapapun kecilnya
7. Kesistematisan
Semua yang dikemukakan disusun menurut aturan yang memperlihatkan kesinambungan
8. Ketuntasan
Artinya semua masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.

Ciri-ciri Karangan Ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah terdiri dari:
  • Bagian awal (pendahuluan): Pengantar ke bagian inti
  • Bagian inti (pokok pembahasan): Sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan
  • Bagian penutup: Kesimpulan pokok pembahasan

2. Komponen atau substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

3. Sikap Penulis
Sikap penulis karya ilmiah adalah objektif.

4. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa dalam karangan ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif.

Hakikat karya ilmiah : mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.

Jenis-jenis karya ilmiah
1. Makalah
Adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.

2. Kertas Kerja
Adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam dari pada analisis dalam makalah.

3. Skripsi
Adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik oleh penelitian langsung (observasi, lapangan, atau percobaan dilaboratorium) juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.

4. Tesis
Adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

5. Disertasi
Adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya sendiri dari sanggahan penguji, maka penulisnya berhak menyandang gelar doktor.


METODE ILMIAH
Metode ilmiah adalah garis-garis pemikiran yang bersifat konseptual dan prosedural. Konseptual artinya memiliki gagasan orisinil. Prosedural artinya memulai dengan observasi dan mengakhiri dengan pernyataan-pernyataan umum.

Langkah-langkah pelaksanaan penulisan karangan ilmiah:
  1. Timbangan pustaka (menilai hasil-hasil penelitian yang telah dikerjakan oleh orang lain untuk dibahas dan disimpulkan) 
  2. Menentukan masalah
  3. Memecahkan masalah
  4. Membentuk hipotesis
  5. Menguji hipotesis
  6. Menerbitkan hasil penelitian. 

2. Karangan Semi Ilmiah
Karangan Semi Ilmiah atau ilmiah populer adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Karangan semi ilmiah menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis.

Sifat karangan semi ilmiah:
  1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
  2. Fakta yang disimpulkan subjektif
  3. Gaya bahasa formal, sederhana, dan populer
  4. Mementingkan diri penulis
  5. Melebih-lebihkan sesuatu
  6. Bersifat argumentatif dan persuatif

Contoh karangan ilmiah populer antara lain: artikel, biografi, autobiografi, editorial, reportase, opini, resensi buku, dan tips.

3. Karangan Nonilmiah
Karangan nonilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri karangan non-ilmiah:
  1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
  2. Fakta yang disimpulkan subyektif
  3. Gaya bahasa konotatif dan populer
  4. Tidak memuat hipotesis
  5. Penyajian dibarengi sejarah
  6. Bersifat imajinatif
  7. Situasi didramatisir
  8. Bersifat persuatif
  9. Tanpa dukungan dan bukti

Sifat Karangan Non Ilmiah:
  1. Emotif : sedikit informasi, melebihkan kebenaran
  2. Persuasif : cukup informatif, mempengaruhi sikap dan cara berpikir pembaca, dan meyakinkan pembaca
  3. Deskriftif : informatif, sebagian imaginatif dan subjektif
  4. Kritik tanpa dukungan bukti : tidak memuat informasi spesifik, terkadang pembahasan mendalam namun tanpa bukti, penuh prasangka, bahasa formal tetapi terkadang kasa.

Contoh karangan nonilmiah antara lain:
1. Cerpen
Yaitu suatu bentuk prosa naratif deskriftif. Sebuah karangan yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas.

2. Dongeng
Yaitu suatu kisah fiktif dan kisah nyata yang menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup.

3. Novel
Bentuk sastra yang paling populer di dunia. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai unsur intrinsik dan ektrinsik yang saling berhubungan

4. Drama
Adalah karya sasta yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor melalui aksi dan perbuatan.

Sumber:
http://rajarayu.blogspot.co.id/2014/03/tugas-bahasa-indonesia-pengertian.html
https://shintanvyp.wordpress.com/tag/sifat-dan-bentuk-karangan/
Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia 1 Universitas Gunadarma

Rabu, 14 Oktober 2015

Tugas 1.2 Analisis Artikel

Nama  : Vinnike Hermawanty
NPM   : 29213869
Kelas   : 3EB18

Investor Cari Negara yang Miliki Riwayat Ekonomi Baik
JAKARTA - Masih lambatnya perbaikan (recovery) ekonomi Amerika Serikat (AS) serta belum adanya kepastian fed fund rate membuat para investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia. Hal inilah salah satu faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.

Tercatat, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan penguatannya hingga level Rp13.400 per USD, padahal pekan sebelumnya masih nyaman di level Rp14.700 per USD.

Menurut Kepala ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, para investor mencari negara-negara berkembang (emerging market) yang mempunyai riwayat pertumbuhan ekonomi yang baik (growth story) serta relatif stabil.

"Nah Indonesia sebetulnya punya growth story domestik ekonomi kita sekarang pun yang kelihatan mulai bottom in up kan," kata Destry saat ditemui di Sekolah Tinggi Manajeman PPM, Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Destry menjelaskan, perbaikan ekonomi domestik ini dapat dilihat dari sisi impor bahan baku yang naik, seperti industri semen, industri automotif, walaupun ekspor masih masih turun.

"Ekspor turun karena demand global lemah. Memang permintaannya enggak ada dan ekspor itu memang ada teknologi dan sebagainya, jadi memang enggak bisa tenaga kerja yang basic. imbuhnya,"
(rzk)

Analisis artikel :
Topik dari artikel diatas adalah mengenai “Sasaran Investor dalam Berinvestasi”. Judul dari artikel tersebut adalah “Investor Cari Negara yang Miliki Riwayat Ekonomi Baik”.
Secara keseluruhan, artikel ini memiliki penalaran induktif dengan digambarkannya keadaan perekonomian di Amerika Serika yang masih lambat, belum adanya kepastian fed fund rate , penguatan kurs rupiah, dan industri domestik yang membaik. Hal-hal tersebut menyebabkan para investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Analisis masing-masing paragrafnya adalah sebagai berikut:
Analisis dari paragraf pertama tersebut menunjukkan bahwa pola berpikir induktif dengan pola sebab-akibat. Ditunjukkan dengan adanya sebab dalam kalimat tersebut yaitu “Masih lambatnya perbaikan (recovery) ekonomi Amerika Serikat (AS) serta belum adanya kepastian fed fund rate membuat para investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia”. Dan akibat yang ditimbulkan yaitu “Hal inilah salah satu faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS”.

Paragraf kedua menunjukkan pola berpikir deduktif yaitu khusus-umum. Ditunjukkan dengan adanya kalimat utama yaitu “nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan penguatannya”. Dan kalimat penjelas “hingga level Rp13.400 per USD, padahal pekan sebelumnya masih nyaman di level Rp14.700 per USD”.

Analisis dari paragraf ketiga berisi kalimat tidak langsung dan berpola generalisasi. Ditunjukkan dengan kalimat  “Menurut Kepala ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, para investor mencari negara-negara berkembang.....”

Analisis dari paragraf keempat berisi kalimat langsung yaitu : "Nah Indonesia sebetulnya punya growth story domestik ekonomi kita sekarang pun yang kelihatan mulai bottom in up kan," kata Destry saat ditemui di Sekolah Tinggi Manajeman PPM, Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Paragraf kelima berisi kalimat tidak langsung ditandai dengan adanya kata “Destry menjelaskan, perbaikan ekonomi domestik ini.....”

Paragraf keenam berisi kalimat langsung ditandai dengan adanya tanda petik dalam kalimat berikut : "Ekspor turun karena demand global lemah. Memang permintaannya enggak ada dan ekspor itu memang ada teknologi dan sebagainya, jadi memang enggak bisa tenaga kerja yang basic. imbuhnya,"

Sumber :

Rabu, 07 Oktober 2015

Tugas 1.1 Penalaran Ilmiah

Nama  : Vinnike Hermawanty
NPM   : 29213869
Kelas   : 3EB18

1. Pengertian Penalaran
Penalaran memiliki beberapa pengertian, antara lain:
  1. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi yang saling berhubungan sampai mendapat kesimpulan.
  2. Menghubungkan fakta atau data sampai mendapatkan kesimpulan.
  3. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
  4. Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.
  5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.


2. Proporsisi
Proporsisi merupakan kalimat yang memiliki arti penuh, utuh, dan dapat dinilai benar/salah. Proporsisi memiliki pembilang pada subjek. Kalimat yang dapat disebut sebagai proporsisi adalah kalimat netral. Dalam penalaran, proporsisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan premis dengan konklusi disebut konsekuensi.
Dalam ilmu logika, proporsisi memiliki tiga unsur, yaitu:
  1. Subjek, terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
  2. Predikat, adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
  3. Kopula, adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.


3. Inferensi
Inferensi adalah pendapat atau kesimpulan yang merupakan hasil penilaian, pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta.
Contoh: Tabrakan itu terjadi karena kesalahan supir bus yang menghentikan kendaraannya secara mendadak.
Untuk membuktikan kebenaran sebuah kesimpulan perlu diuji fakta yang menjadi dasar penyusunan kesimpulan dan proses pembentukan kesimpulan tersebut. Misalnya, kita ingin membuktikan kesimpulan pada contoh benar, maka yang dapat kita lakukan adalah:
  1. Membuktikan bahwa peristiwa tabrakan itu benar
  2. Menilai proses yang digunakan untuk kesimpulan
  3. Jika terjadi kesimpulan yang berbeda-beda, langkah yang harus diambil adalah penyelesaian masalah melalui hukum, yang secara ilmiah diacu dari referensi.


4. Implikasi
Implikasi ialah ucapan atau perkataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat tentang fakta tersebut.
Contoh : Tadi pagi terjadi sebuah tabrakan di depan kampus.
Untuk menguji kebenaran ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta sebagai sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur. Misalnya, kita membuktikan ucapan pada contoh; maka kita mencoba mendatangi tempat tabrakan dan melihat apakah sungguh-sungguh telah terjadi peristiwa yang diucapkan? Atau kalau semua akibat dari peristiwa tersebut tidak dapat dilihat lagi, maka kita mencari informasi lebih lanjut kepada orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Bila dari beberapa informasi yang masuk, semuanya mengatakan hal yang sama dan membenarkan peristiwa tabrakan itu, maka kita menjadi yakin bahwa ucapan di atas benar.

5. Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua kesaksian, informasi, otoritas, dan fakta yang ada yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujudnya yang paling rendah, evidensi berbentuk data atau informasi.

6. Cara Menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menguji data yaitu:
  1. Observasi, yaitu peninjauan kembali pada data atau informasi,
  2. Kesaksian,
  3. Autoritas, yaitu pendapat ahli atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat.


7. Jenis-jenis Metode Penalaran
Penalaran Induktif
Penalaran induktif  ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunken suatu kesimpulan (inferesi) yang berlaku umum. Proses induksi dapat dibedakan menjadi:

Generalisasi, ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. 
Contohnya :  Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa ikan, ayam, dan buaya adalah binatang yang telinganya tidak terlihat. Hewan-hewan menghasilkan keturunan dengan cara bertelur. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang tanpa telinga yang terlihat mereproduksi turunannya melalui bertelur.

Analogi, ialah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
Contonya : Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.

Hubungan Kausal (Sebab akibat), prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.
 Contoh: Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).

Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan bagian dari hal atau gejala diatas.
Contoh: Semua makhluk hidup akan mati.  Manusia adalah makhluk hidup. Karena itu, semua manusi akan mati.

Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:

Silogisme, adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya. Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.

Entinem,  adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami. Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.

8. Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam prosesberpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh : Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.

1. Generalisasi yang terlalu luas
. Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:

a. Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.

b. Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya

2. Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”

3. Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh: Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.

4. Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:

a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh: Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.

b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh: Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.

c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.

5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
  1. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain,
  2. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas,
  3. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.


Dibuat berdasarkan SAP Gunadarman Online untuk mata kuliah Bahasa Indonesia 2 (2015)

Referensi:
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.