Rabu, 14 Oktober 2015

Tugas 1.2 Analisis Artikel

Nama  : Vinnike Hermawanty
NPM   : 29213869
Kelas   : 3EB18

Investor Cari Negara yang Miliki Riwayat Ekonomi Baik
JAKARTA - Masih lambatnya perbaikan (recovery) ekonomi Amerika Serikat (AS) serta belum adanya kepastian fed fund rate membuat para investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia. Hal inilah salah satu faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.

Tercatat, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan penguatannya hingga level Rp13.400 per USD, padahal pekan sebelumnya masih nyaman di level Rp14.700 per USD.

Menurut Kepala ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, para investor mencari negara-negara berkembang (emerging market) yang mempunyai riwayat pertumbuhan ekonomi yang baik (growth story) serta relatif stabil.

"Nah Indonesia sebetulnya punya growth story domestik ekonomi kita sekarang pun yang kelihatan mulai bottom in up kan," kata Destry saat ditemui di Sekolah Tinggi Manajeman PPM, Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Destry menjelaskan, perbaikan ekonomi domestik ini dapat dilihat dari sisi impor bahan baku yang naik, seperti industri semen, industri automotif, walaupun ekspor masih masih turun.

"Ekspor turun karena demand global lemah. Memang permintaannya enggak ada dan ekspor itu memang ada teknologi dan sebagainya, jadi memang enggak bisa tenaga kerja yang basic. imbuhnya,"
(rzk)

Analisis artikel :
Topik dari artikel diatas adalah mengenai “Sasaran Investor dalam Berinvestasi”. Judul dari artikel tersebut adalah “Investor Cari Negara yang Miliki Riwayat Ekonomi Baik”.
Secara keseluruhan, artikel ini memiliki penalaran induktif dengan digambarkannya keadaan perekonomian di Amerika Serika yang masih lambat, belum adanya kepastian fed fund rate , penguatan kurs rupiah, dan industri domestik yang membaik. Hal-hal tersebut menyebabkan para investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Analisis masing-masing paragrafnya adalah sebagai berikut:
Analisis dari paragraf pertama tersebut menunjukkan bahwa pola berpikir induktif dengan pola sebab-akibat. Ditunjukkan dengan adanya sebab dalam kalimat tersebut yaitu “Masih lambatnya perbaikan (recovery) ekonomi Amerika Serikat (AS) serta belum adanya kepastian fed fund rate membuat para investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia”. Dan akibat yang ditimbulkan yaitu “Hal inilah salah satu faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS”.

Paragraf kedua menunjukkan pola berpikir deduktif yaitu khusus-umum. Ditunjukkan dengan adanya kalimat utama yaitu “nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan penguatannya”. Dan kalimat penjelas “hingga level Rp13.400 per USD, padahal pekan sebelumnya masih nyaman di level Rp14.700 per USD”.

Analisis dari paragraf ketiga berisi kalimat tidak langsung dan berpola generalisasi. Ditunjukkan dengan kalimat  “Menurut Kepala ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, para investor mencari negara-negara berkembang.....”

Analisis dari paragraf keempat berisi kalimat langsung yaitu : "Nah Indonesia sebetulnya punya growth story domestik ekonomi kita sekarang pun yang kelihatan mulai bottom in up kan," kata Destry saat ditemui di Sekolah Tinggi Manajeman PPM, Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Paragraf kelima berisi kalimat tidak langsung ditandai dengan adanya kata “Destry menjelaskan, perbaikan ekonomi domestik ini.....”

Paragraf keenam berisi kalimat langsung ditandai dengan adanya tanda petik dalam kalimat berikut : "Ekspor turun karena demand global lemah. Memang permintaannya enggak ada dan ekspor itu memang ada teknologi dan sebagainya, jadi memang enggak bisa tenaga kerja yang basic. imbuhnya,"

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar