Nama : Vinnike Hermawanty
NPM : 29213869
Kelas : 3EB18
Investor Cari Negara yang Miliki Riwayat Ekonomi Baik
JAKARTA - Masih lambatnya
perbaikan (recovery) ekonomi Amerika
Serikat (AS) serta belum adanya kepastian fed fund rate membuat para investor melarikan dolar
AS nya ke negara-negara berkembang (emerging
market), termasuk Indonesia. Hal inilah salah satu faktor penguatan nilai tukar
Rupiah terhadap
dolar AS.
Tercatat, nilai tukar
Rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan penguatannya hingga level Rp13.400
per USD, padahal pekan sebelumnya masih nyaman di level Rp14.700 per USD.
Menurut Kepala ekonom
Bank Mandiri Destry Damayanti, para investor mencari negara-negara berkembang (emerging market) yang mempunyai riwayat
pertumbuhan ekonomi yang baik (growth story)
serta relatif stabil.
"Nah Indonesia
sebetulnya punya growth story domestik ekonomi kita sekarang pun
yang kelihatan mulai bottom in up kan," kata Destry saat ditemui di
Sekolah Tinggi Manajeman PPM, Jakarta, Sabtu (10/10/2015).
Destry
menjelaskan, perbaikan ekonomi domestik ini dapat dilihat dari sisi impor bahan
baku yang naik, seperti industri semen, industri automotif, walaupun ekspor
masih masih turun.
"Ekspor turun karena demand global
lemah. Memang permintaannya enggak ada dan ekspor itu memang ada teknologi dan
sebagainya, jadi memang enggak bisa tenaga kerja yang basic.
imbuhnya,"
(rzk)
Analisis
artikel :
Topik dari artikel diatas
adalah mengenai “Sasaran Investor dalam Berinvestasi”. Judul dari artikel
tersebut adalah “Investor Cari Negara yang
Miliki Riwayat Ekonomi Baik”.
Secara keseluruhan, artikel ini memiliki penalaran induktif dengan digambarkannya
keadaan perekonomian di Amerika Serika yang masih lambat, belum adanya kepastian fed
fund rate , penguatan kurs rupiah, dan industri domestik yang membaik. Hal-hal
tersebut menyebabkan para investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia.
Analisis masing-masing paragrafnya adalah
sebagai berikut:
Analisis dari paragraf pertama tersebut menunjukkan bahwa pola berpikir
induktif dengan pola sebab-akibat. Ditunjukkan dengan adanya sebab dalam
kalimat tersebut yaitu “Masih lambatnya perbaikan (recovery)
ekonomi Amerika Serikat (AS) serta belum adanya kepastian fed
fund rate membuat para
investor melarikan dolar AS nya ke negara-negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia”. Dan akibat
yang ditimbulkan yaitu “Hal inilah salah satu faktor penguatan nilai tukar
Rupiah terhadap
dolar AS”.
Paragraf kedua
menunjukkan pola berpikir deduktif yaitu khusus-umum. Ditunjukkan dengan adanya
kalimat utama yaitu “nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
terus menunjukkan penguatannya”. Dan kalimat penjelas “hingga level Rp13.400
per USD, padahal pekan sebelumnya masih nyaman di level Rp14.700 per USD”.
Analisis dari paragraf
ketiga berisi kalimat tidak langsung dan berpola generalisasi. Ditunjukkan
dengan kalimat “Menurut Kepala ekonom
Bank Mandiri Destry Damayanti, para investor mencari negara-negara
berkembang.....”
Analisis dari paragraf
keempat berisi kalimat langsung yaitu : "Nah Indonesia sebetulnya punya growth
story domestik ekonomi kita
sekarang pun yang kelihatan mulai bottom in up kan," kata Destry saat ditemui di
Sekolah Tinggi Manajeman PPM, Jakarta, Sabtu (10/10/2015).
Paragraf kelima berisi
kalimat tidak langsung ditandai dengan adanya kata “Destry menjelaskan, perbaikan ekonomi domestik ini.....”
Paragraf keenam berisi kalimat
langsung ditandai dengan adanya tanda petik dalam kalimat berikut : "Ekspor
turun karena demand global lemah. Memang permintaannya enggak
ada dan ekspor itu memang ada teknologi dan sebagainya, jadi memang enggak bisa
tenaga kerja yang basic. imbuhnya,"
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar