Rabu, 07 Oktober 2015

Tugas 1.1 Penalaran Ilmiah

Nama  : Vinnike Hermawanty
NPM   : 29213869
Kelas   : 3EB18

1. Pengertian Penalaran
Penalaran memiliki beberapa pengertian, antara lain:
  1. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi yang saling berhubungan sampai mendapat kesimpulan.
  2. Menghubungkan fakta atau data sampai mendapatkan kesimpulan.
  3. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
  4. Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.
  5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.


2. Proporsisi
Proporsisi merupakan kalimat yang memiliki arti penuh, utuh, dan dapat dinilai benar/salah. Proporsisi memiliki pembilang pada subjek. Kalimat yang dapat disebut sebagai proporsisi adalah kalimat netral. Dalam penalaran, proporsisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan premis dengan konklusi disebut konsekuensi.
Dalam ilmu logika, proporsisi memiliki tiga unsur, yaitu:
  1. Subjek, terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
  2. Predikat, adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
  3. Kopula, adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.


3. Inferensi
Inferensi adalah pendapat atau kesimpulan yang merupakan hasil penilaian, pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta.
Contoh: Tabrakan itu terjadi karena kesalahan supir bus yang menghentikan kendaraannya secara mendadak.
Untuk membuktikan kebenaran sebuah kesimpulan perlu diuji fakta yang menjadi dasar penyusunan kesimpulan dan proses pembentukan kesimpulan tersebut. Misalnya, kita ingin membuktikan kesimpulan pada contoh benar, maka yang dapat kita lakukan adalah:
  1. Membuktikan bahwa peristiwa tabrakan itu benar
  2. Menilai proses yang digunakan untuk kesimpulan
  3. Jika terjadi kesimpulan yang berbeda-beda, langkah yang harus diambil adalah penyelesaian masalah melalui hukum, yang secara ilmiah diacu dari referensi.


4. Implikasi
Implikasi ialah ucapan atau perkataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat tentang fakta tersebut.
Contoh : Tadi pagi terjadi sebuah tabrakan di depan kampus.
Untuk menguji kebenaran ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta sebagai sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur. Misalnya, kita membuktikan ucapan pada contoh; maka kita mencoba mendatangi tempat tabrakan dan melihat apakah sungguh-sungguh telah terjadi peristiwa yang diucapkan? Atau kalau semua akibat dari peristiwa tersebut tidak dapat dilihat lagi, maka kita mencari informasi lebih lanjut kepada orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Bila dari beberapa informasi yang masuk, semuanya mengatakan hal yang sama dan membenarkan peristiwa tabrakan itu, maka kita menjadi yakin bahwa ucapan di atas benar.

5. Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua kesaksian, informasi, otoritas, dan fakta yang ada yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujudnya yang paling rendah, evidensi berbentuk data atau informasi.

6. Cara Menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menguji data yaitu:
  1. Observasi, yaitu peninjauan kembali pada data atau informasi,
  2. Kesaksian,
  3. Autoritas, yaitu pendapat ahli atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat.


7. Jenis-jenis Metode Penalaran
Penalaran Induktif
Penalaran induktif  ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunken suatu kesimpulan (inferesi) yang berlaku umum. Proses induksi dapat dibedakan menjadi:

Generalisasi, ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. 
Contohnya :  Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa ikan, ayam, dan buaya adalah binatang yang telinganya tidak terlihat. Hewan-hewan menghasilkan keturunan dengan cara bertelur. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang tanpa telinga yang terlihat mereproduksi turunannya melalui bertelur.

Analogi, ialah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
Contonya : Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.

Hubungan Kausal (Sebab akibat), prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.
 Contoh: Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).

Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan bagian dari hal atau gejala diatas.
Contoh: Semua makhluk hidup akan mati.  Manusia adalah makhluk hidup. Karena itu, semua manusi akan mati.

Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:

Silogisme, adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya. Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.

Entinem,  adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami. Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.

8. Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam prosesberpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh : Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.

1. Generalisasi yang terlalu luas
. Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:

a. Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.

b. Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya

2. Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”

3. Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh: Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.

4. Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:

a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh: Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.

b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh: Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.

c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.

5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
  1. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain,
  2. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas,
  3. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.


Dibuat berdasarkan SAP Gunadarman Online untuk mata kuliah Bahasa Indonesia 2 (2015)

Referensi:
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar