Senin, 18 Januari 2021

Pengalaman ke Dokter Gigi Vanilla Dental

Aku memiliki gigi gingsul di kanan atas seperti Gita Gutawa, hehe. Aku merasa, gingsulku semakin lama semakin mundur, sehingga ketika aku tersenyum, akan terlihat sedikit cacat pada gigiku :(

Aku juga merasa kesulitan untuk membersihkan satu gigi yang bermasalah ini...

Kemudian aku coba konsultasi ke dokter gigi Vanilla Dental Care untuk memperbaiki gigiku. Dokter mengatakan bahwa kasus sepertiku ini umum, dan tergolong menengah, tidak sulit.

Hal yang dilakukan sebelum ortho atau pasang behel adalah scaling atau membersihkan karang gigi. Setelah itu, mencetak gigi. Selanjutnya rontgen gigi untuk mengetahui apakah ada kista atau infeksi pada gigi kita.

Pada kunjungan pertama aku melakukan scaling dan cetak gigi. Untuk Rontgen dirujuk ke lab rekanan.

Semoga setelah gigiku rapi nanti, suamiku lebih mencintai aku hehee...
Aamiin..

Kamis, 14 Januari 2021

Kuretase Keguguran Kehamilan Pertama

Setelah dinyatakan kematian mudigah atau kematian janin, kami ke rumah sakit lain (RS Hermina Galaxy) untuk memeriksakan kandungan kami kembali. Pada kunjungan pertama, tidak ada praktek dokter perempuan saat kami kesana.  Pada kunjungan kedua, dokter pilihan kami, dr. Dwi Rasyanti, Sp.OG tiba-tiba tidak praktek karena tidak enak badan. Pada hari itu ada penggantinya namun dokternya laki-laki. Walaupun telah menunggu lama, kami memutuskan untuk tidak jadi periksa hari itu dan akan kembali di lain waktu. Rasa lelah mulai datang karena jarak RS yang cukup jauh dari rumah kami. Namun aku berusaha positive thinking, aku anggap Allah masih memberiku waktu untuk berdoa.

Walaupun jauh, kami tetap datang di hari selanjutnya berhubung kami mencari dokter perempuan dan islam. Akhirnya kami berhasil bertemu dengan dr. Dwi pada kunjungan ketiga. Hasil pemeriksaan pun tetap sama bahwa janinku tidak berkembang. Aku tidak mengalami pendarahan atau flek. Dr. Dwi menyarankan untuk menunggu sampai pendarahan agar memudahkan ke proses selanjutnya. Jika pendarahan terjadi, langsung datang kembali. Jika seminggu belum pendarahan, tetap kembali.

 

Seminggu telah berlalu dan aku tak kunjung pendarahan. Kemudian dilakukan USG Transvaginal kembali dan hasilnya tetap sama, tidak ditemukan denyut jantung padahal saat itu usianya sudah 10 minggu. Akhirnya dr. Dwi memutuskan aku untuk dirawat. Sebelum melakukan kuretase, aku harus cek darah, rontgen, dan swab test terlebih dahulu. Dua hari kemudian, setelah semuanya selesai, aku persiapan kuret.

Aku ditempatkan di ruang bersalin. Karena ini kehamilan pertamaku, tidak langsung dikuret melainkan aku harus minum obat 2 butir dan obat intravaginal 2 butir. 3 jam setelah mengkonsumsi obat, aku langsung pendarahan. Rasa sakitnya luar biasa. Aku merasa tidak punya kekuatan untuk menahan rasa sakit tersebut. Aku bisa melaluinya karena aku memohon kekuatan pada Allah. Laahaula walla quwwata illa billah. Kalau bukan karena pertolongan Allah, aku tidak akan sanggup menahannya.

Setelah mengkonsumsi obat, aku puasa 6 jam. Lalu setelah 6 jam, dikontrol kembali apakah sudah pembukaan atau belum. Cara mengontrolnya adalah dengan cara “periksa dalam”. Jika belum pembukaan, aku harus minum obat, intravaginal, dan puasa kembali. Karena aku tak kunjung pembukaan, proses “periksa dalam”, dimasukkan obat, dan puasa tersebut berulang-ulang sampai 6x namun masih belum ada pembukaan juga. Kami menanti “jaringan” keluar, namun sampai 2 hari belum keluar juga. Setiap melihat perawat, langsung terbayang sakitnya saat di”periksa dalam”, saat dimasukkan obat dari vagina. Pembukaanku hanya seujung jari. Namun rasa sakit semakin menjadi-jadi. Akhirnya tibalah waktu kuret.

 

24 Desember 2021...

Sewaktu dikuret, aku dibius total sehingga tidak merasakan sakit sama sekali. Setelah dikuret pun aku sudah tidak merasakan sakit lagi. Namun masih ada pendarahan. Aku diistirahatkan sampai sadar total, lalu aku makan. Aku diberikan 3 jenis obat yaitu antibiotik, obat jika pendarahan, dan obat jika terasa sakit.

Pendarahan yang terjadi dibawah keguguran 4 bulan belum tergolong nifas sehingga masih wajib menjalankan shalat. Darah tersebut adalah istihadhoh.

 

Lega karena telah melalui ujian ini, selamat jalan anakku… Terima kasih suamiku yang selalu setia menemaniku, menggunakan berhari-hari jatah cutinya untuk mendampingi aku rawat jalan dan rawat inap sampai aku pulih..

 

Aku yakin ada banyak hikmah dalam ujian ini.

Aku yakin pada janji Allah untuk orang yang bersabar, yaitu mendapatkan pahala tanpa batas. Semoga dengan ini, aku dan suami tergolong sebagai orang yang sabar dan mendapatkan keutamaan tersebut.

Semoga Allah meluruskan niatku untuk menuliskan tulisan ini

-Agar dapat diambil hikmahnya, untuk tidak terlalu bersedih karena kehilangan apa yang kita miliki.

-Agar yakin bahwa semua hanya titipan Allah dan akan kembali pada Allah.

-Agar yakin bahwa setiap orang memiliki ujian, dan Allah lah tempat kita bergantung.

-Agar selalu meminta pertolongan dan kekuatan pada Allah.

 -Agar bersabar dan senantiasa berpegang teguh pada prinsip, salah satunya menjaga aurat agar tidak dilihat lelaki yang bukan mahram.

-dll.

 

Semoga Allah memberi kami ganti yang lebih baik, semoga kami lekas diberikan keturunan kembali yang sehat, shalih dan mampu menshalihkan umat.. aamiin…

Kematian Mudigah / Kematian Janin

Dua pekan setelah kontrol pertama, kami kembali ke dokter kandungan untuk memeriksa perkembangan kandunganku.

Saat ini usia kehamilanku 7 minggu sehingga seharusnya sudah bisa menggunakan USG dari perut. Ketika dokter memeriksa, janinku belum terlihat sehingga diperiksa menggunakan alat lain yaitu USG Transvaginal. Betapa terkejutnya ketika dr. Rikka menjelaskan bahwa janinku tidak ada detak jantungnya.

Foto atas 5 minggu, foto bawah 7 minggu


Ku coba menahan tangis dan memastikan semua akan baik-baik saja. Aku bertanya, mungkinkah beberapa minggu ke depan ketika di cek ulang akan ada detak jantungnya? Dr. Rikka mengatakan, hal ini ibaratnya sama dengan seseorang yang sudah mati, tidak bisa hidup kembali. Hatiku sangat hancur mendengarnya…

Aku bertanya apakah faktor penyebabnya? Aku merasa sudah menjaga kandunganku dengan baik. Dr. Rikka menjelaskan 80% karena kelainan kromosom, karena pembuahan yang spontan. Namun tidak akan ada pengaruhnya kepada kehamilan selanjutnya karena sperma dan sel telur yang dibuahi akan berbeda.

 

Lalu bagaimana kelanjutan kandunganku? Kandunganku sudah tidak dapat dilanjutkan, dan sebaiknya dilakukan kuret untuk mengeluarkan janinnya. Lebih cepat lebih baik, namun aku masih belum siap untuk itu. Aku ingin opsi lain memeriksa ke dokter lain, barangkali hasilnya berbeda. Allah Maha Menghidupkan. Namun jika dilihat dari ukuran pun, seharusnya sudah 1,5cm sedangkan janinku masih 0,9cm. Artinya pernah ada perkembangan disana lalu kemudian mati beberapa hari terakhir ini. Aku hanya berharap yang terbaik dari Allah, sesungguhnya aku menginginkan anak yang shalih. Allah Maha Mengetahui yang terbaik. Aku memohon Allah memudahkanku dari ujian ini. Rasanya campur aduk, sedih karena kehilangan anakku, sedih karena harus dikuret.

 

Suamiku menenangkanku “gapapa, belum rezeki”, ucapnya.

Sepulangnya dari dokter, kami berkunjung ke rumah orang tuaku untuk menyampaikan kabar ini. Orang tuaku kaget, kemudian intropeksi apakah ini karena dosa kita, adakah kewajiban yang belum kita jalankan, dll….

Kemudian kepada mertuaku, mereka pun merasakan kesedihanku dan menasehatiku untuk sabar dan mengikuti saran dokter.

 

Ya Allah berikanlah kami kekuatan untuk melalui ujian ini…

Laahaula walaa quwwata illa billah….


Bersambung...

Kehamilan Pertama

Pada hari itu, sudah 4 hari aku terlambat haid. Siklus haidku teratur, sehingga ketika terlambat 4 hari aku sangat yakin bahwa aku sedang mengandung. Aku sampaikan hal ini kepada suami, kemudian setelah shalat subuh kami ke apotek untuk membeli testpack. Sesampainya kami di rumah, langsung aku gunakan berhubung sejak bangun tidur aku belum buang air kecil. Betapa harunya ketika melihat garis dua yang sangat jelas pada testpack. Suamiku langsung sujud syukur mengetahuinya. Namun kami masih menyembunyikan hal ini dari orang lain, dan memutuskan menunggu sampai besok untuk di test ulang supaya hasilnya lebih akurat. Keesokan harinya aku melakukan test yang sama dengan jenis testpack yang berbeda. Alhamdulillah hasilnya pun sama, yaitu positif hamil.

 

Kami segera infokan kabar gembira ini kepada kedua orang tua kami, mereka pun sangat bahagia mendengarnya. Mereka bersyukur serta mendoakanku dan kandunganku.

 

Kami mencari info tentang kehamilan melalui YouTube dengan pemateri dokter spesialis kandungan. Alhamdulillah di era digital ini ilmu bertebaran secara gratis, dan akan didapatkan bagi yang berusaha mencarinya. Kami menyiapkan list pertanyaan untuk diajukan ketika kontrol pertama nanti.

 

Kami juga bertanya-tanya apa yang harus kami lakukan kepada mereka yang sudah melahirkan, kepada kakak iparku yang berprofesi sebagai bidan, dan membaca artikel pada website-website terpercaya. Kami mendapatkan info dokter kandungan perempuan, islam, dan berpengalaman dari sahabat suamiku. Segera kami mencari tahu profilnya melalui internet, dan kami mendapatkan review positif tentangnya. Kami juga menyimak video penjelasannya tentang kehamilan dan memang beliau sangat mumpuni. Akhirnya kami putuskan untuk memilihnya sebagai dokter kandungan kami. Namanya dr. Rikka Mulya Wirman, Sp.OG. 

 

Kami datang ke RS Hermina Bekasi untuk kontrol dan memastikan kehamilan kami. Pada Poliklinik Eksekutif, tanpa menunggu lama, kami langsung dipanggil untuk diperiksa. Karena kehamilanku masih muda, aku diperiksa melalui USG Transvaginal. Rasa syukur semakin memenuhi hatiku begitu melihat ada embrio dalam rahimku. Allah mempercayakanku untuk mengandung :”) Ketika itu, usia kehamilanku memasuki 5 minggu. Karena usianya masih sangat muda, belum ada denyut jantung pada janinku. Dokter menyarankan untuk kembali 2 minggu kemudian untuk lebih pasti dan jika ingin melihatnya.

 

Suatu anugerah dari Allah aku tidak merasakan mual atau muntah, bahkan akhir-akhir ini aku merasa lebih sehat dan lebih bugar daripada bulan-bulan sebelumnya. Hanya saja terkadang aku merasa pusing seperti memakai masker berlapis-lapis. Apalagi di tengah pandemi ini yang memang mewajibkan kita untuk selalu memakai masker.

 

Aku sangat antusias dengan kehamilanku. Aku benar-benar menjaganya dengan maksimal. Saat pandemi ini, peraturan di kantorku, untuk ibu hamil dan menyusui mendapatkan full Work From Home. Namun itu semua tergantung dari atasan masing-masing. Jika atasan tidak mengizinkan, maka akan tetap dapat jatah Work From Office atau tetap masuk kerja di kantor. Alhamdulillah atasanku mengizinkanku untuk full WFH dengan syarat tetap harus dapat dihubungi. Sehingga aku dapat menjaga fisikku agar tidak terlalu lelah.

 

Aku juga menjaga asupan nutrisi, makan bergizi 3x sehari, memakan buah-buahan, susu hamil (Prenagen), asam folat (Folda) dan penguat kandungan (Microgest) 2x sehari dari dokter, serta suplemen kesehatan. Aku tidak bergadang, tidak minum kopi. Aku selalu berdoa agar anakku menjadi anak yang shalih. Sambil mengandung, aku sambil belajar bagaimana mendidik anak sewaktu dalam kandungan.

 

Ya Allah karuniakanlah kami anak yang shalih yang mampu menjadi pemimpin kebaikan dan menjadi petunjuk pada jalan kebenaran untuk orang lain. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin…

 

Bersambung….