Dua pekan setelah kontrol pertama, kami kembali ke dokter kandungan untuk memeriksa perkembangan kandunganku.
Saat ini usia kehamilanku 7 minggu sehingga seharusnya sudah bisa menggunakan USG dari perut. Ketika dokter memeriksa, janinku belum terlihat sehingga diperiksa menggunakan alat lain yaitu USG Transvaginal. Betapa terkejutnya ketika dr. Rikka menjelaskan bahwa janinku tidak ada detak jantungnya.
Foto atas 5 minggu, foto bawah 7 minggu
Ku coba
menahan tangis dan memastikan semua akan baik-baik saja. Aku bertanya,
mungkinkah beberapa minggu ke depan ketika di cek ulang akan ada detak jantungnya?
Dr. Rikka mengatakan, hal ini ibaratnya sama dengan seseorang yang sudah mati, tidak
bisa hidup kembali. Hatiku sangat hancur mendengarnya…
Aku
bertanya apakah faktor penyebabnya? Aku merasa sudah menjaga kandunganku dengan
baik. Dr. Rikka menjelaskan 80% karena kelainan kromosom, karena pembuahan yang
spontan. Namun tidak akan ada pengaruhnya kepada kehamilan selanjutnya karena sperma
dan sel telur yang dibuahi akan berbeda.
Lalu
bagaimana kelanjutan kandunganku? Kandunganku sudah tidak dapat dilanjutkan,
dan sebaiknya dilakukan kuret untuk mengeluarkan janinnya. Lebih cepat lebih
baik, namun aku masih belum siap untuk itu. Aku ingin opsi lain memeriksa ke
dokter lain, barangkali hasilnya berbeda. Allah Maha Menghidupkan. Namun jika
dilihat dari ukuran pun, seharusnya sudah 1,5cm sedangkan janinku masih 0,9cm.
Artinya pernah ada perkembangan disana lalu kemudian mati beberapa hari
terakhir ini. Aku hanya berharap yang terbaik dari Allah, sesungguhnya aku menginginkan
anak yang shalih. Allah Maha Mengetahui yang terbaik. Aku memohon Allah memudahkanku
dari ujian ini. Rasanya campur aduk, sedih karena kehilangan anakku, sedih
karena harus dikuret.
Suamiku
menenangkanku “gapapa, belum rezeki”, ucapnya.
Sepulangnya
dari dokter, kami berkunjung ke rumah orang tuaku untuk menyampaikan kabar ini.
Orang tuaku kaget, kemudian intropeksi apakah ini karena dosa kita, adakah kewajiban
yang belum kita jalankan, dll….
Kemudian
kepada mertuaku, mereka pun merasakan kesedihanku dan menasehatiku untuk sabar dan
mengikuti saran dokter.
Ya Allah
berikanlah kami kekuatan untuk melalui ujian ini…
Laahaula
walaa quwwata illa billah….
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar