Selasa, 04 September 2018

KISAH QARUN


Tahukah kalian siapa itu Qarun? Ia adalah anak paman Nabi Musa ‘Alaihis Salam, berarti dia saudara sepupu Nabi Musa. Meskipun saudara seorang nabi, dia seorang yang sombong dan tidak pandai bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.

Sangat Kaya Tapi Tidak Bersyukur
Dulunya dia orang yang shalih, bahkan orang-orang menjulukinya dengan sebutan “Al-Munawir” (yang bercahaya), karena keindahan suaranya dalam membaca kitab Taurat. Allah Ta’ala mengaruniakan harta yang banyak kepadanya, bahkan sangat banyak. Ia menyimpan hartanya di sebuah gudang yang besar lagi banyak jumlahnya. Kunci dari gudang-gudang ini tidak mampu dipikul oleh beberapa orang lelaki perkasa sekali pun. Tempat kunci itu dari kulit, hanya mampu dibawa oleh enam puluh keledai.
Allah Ta’ala memberikan harta yang banyak kepadanya, sebenarnya untuk menguji, apakah ia mau bersyukur kepada Allah ataukah justru kufur. Apakah ia bersyukur sehingga ia berikan hartanya tersebut kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan, ataukah ia kufur sehingga tidak mau memberikannya kepada orang-orang yang membutuhkan?
Ternyata Qarun mengkufuri nikmat-nikmat Allah dan berlaku sewenang-wenang, angkuh, dan berbuat zhalim terhadap manusia. Ia tidak mau memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang fakir yang membutuhkan

Enggan Menerima Nasihat
Pada suatu hari beberapa orang shalih datang menemuinya, menasehatinya, dan mengingatkannya kepada Allah yang telah memberikan semua harta yang dimilikinya itu. Mereka berkata,“...Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagahianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al Qashash [28] : 76-77)
            Lalu, bagaimana Qarun memberikan jawaban atas nasihat orang-orang shalih tersebut? Dengan sangat congkaknya ia menjawab, “Wahai kaumku, aku tidak butuh nasihat kalian. Ketahuilah, harta yang kumiliki ini diberikan Allah kepadaku karena aku memang pantas mendapatkannya. Aku telah mengumpulkannya dengan kerja keras dan kepandaianku. Dan aku bebas membelanjakannya semauku. Aku akan memberikannya kepada orang yang ku kehendaki, dan aku akan menahannya dari orang yang kuinginkan pula.”
            Orang-orang shalih itu baru tahu bahwa Qarun tidak menyukai petunjuk dan setan telah menguasai hatinya danmenyesatkannya. Maka mereka pun kemudian meninggalkan dan menjauhinya.

Pawai Kesombongan Qarun
Pada suatu hari, orang-orang dikejutkan oleh suara pawai besar, genderang, nyanyian, dan puisi. Pawai ini dipimpin oleh Qarun yang mengenakan perhiasan lengkap, serta bersikap angkuh. Pakaiannya yang mahal dan panjang yang menyapu tanah, semakin menambah keangkuhan dan kesombongannya. Pelayan berdiri mengelilinginya, melayani apa saja yang ia inginkan, dan melakukan apa saja yang ia perintahkan. Orang-orang berkerumun untuk menyaksikan pawai itu “....Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, ‘Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (Al Qashash [28] : 79)
            Akan tetapi orang-orang yang mencintai Allah dan mengharapkan rahmat-Nya mereka sadar bahwa sebenarnya Qarun sedang mendapatkan ujian, bahwa harta yang begitu banyak ini hanyalah ujian dari Allah. Karena Qarun tidak mau memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang fakir miskin yang memang sudah merupakan hak mereka. Mereka lalu berkata kepada orang-orang yang berkerumun tersebut, “...Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar.” (Al Qashash [28] : 80)

Qarun dan Kekayaannya Ditelan Bumi
Suatu hari Qarun berjalan bersama pasukannya yang banyak, para pelayan, kendaraan, dan pakaiannya yang mewah melewati majelis Nabi Musa ‘Alaihis Salam. Saat itu Nabi Musa ‘Alaihis Salam sedang memberi nasihat dan mengingatkan kaumnya. Ketika orang-orang melihat Qarun, banyak dari mereka mengalihan pandangan ke arahnya.
Kemudian, Musa memanggil Qarun seraya bertanya, “Apa yang menyebabkan dirimu melakukan hal ini?” Dia menjawab, “Hai Musa, jika engkau telah diunggulkan oleh Allah karena menjadi nabi, maka aku telah dimuliakan dengan harta kekayaan. Jika kamu mau, keluar dan berdoalah memohon keburukan bagiku, dan aku juga akan mendoakan keburukan atas dirimu.” Musa berkata, “Siapa yang lebih dulu berdoa, kamu ataukah aku?” Qarun menjawab, “Aku yang lebih dulu akan berdoa.”
Qarun pun mendoakan keburukan bagi Musa, tetapi doanya sama sekali tidak dikabulkan. Kemudian, Musa bertanya, “Bagaimana, sekarang giliranku yang berdoa?” “Ya,” jawab Qarun. Maka Allah pun mewahyukan kepada bumi agar menaati perintah Musa. Musa lantas berkata, “Hai bumi, telanlah mereka!” Bumi langsung menelan mereka sampai pada lutut, kemudian sampai pada pundaknya.
Selanjutnya Musa berkata, “Telanlah semua simpanan dan harta kekayaan mereka.” Bumi itu pun langsung menelannya, sedang mereka dalam keadaan menyaksikannya. Habislah semua kekayaan yang mereka banggakan, tanpa bekas sedikit pun. Tidak ada seorang pun yang bisa menolong dan menyelamatkannya.
Orang-orang melewati rumah Qarun, ternyata mereka tidak mendapati sedikit pun bekasnya. Qarun berikut istana dan seluruh perbendaharaan hartanya lenyap ditelan bumi. Mereka terus ditenggelamkan ke bumi, hingga pada hari kiamat nanti mereka akan sampai pada lapisan yang ketujuh.
Orang-orang yang mencintai kehidupan dunia menjadi teringat akan perkataan mereka. Lalu mereka beristighfar kepada Allah dan memuji-Nya atas nikmat-Nya yang begitu banyak. Mereka bersyukur kepada Allah, karena Dia tidak menjadikan mereka seperti Qarun.

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kisah ini
  1. Bertakwalah kalian kepada Allah dalam segala kondisi, baik ketika senang maupun ketika susah. Karena semua itu sebenarnya adalah ujian dari Allah.
  2. Bersabarlah kalian ketka diuji oleh Allah dengan kesusahan, kesedihan dan kesulitan hidup, dan bersyukurlah ketika kalian mendapatkan kesenangan, kenikmatan dan kemudahan dalam hidup.
  3. Jangan bersikap sombong, karena orang yang sombong tidak disukai manusia, apalagi Allah.
  4. Harta dunia hanyalah titipan dari Allah Ta’ala. Dan Allah kuasa untuk memberi atau pun mengambilnya kapan saja yang Allah kehendaki. Jadi, jangan sampai kecintaan kalian terhadap harta dunia mengalahkan kecintaan kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dikutip dari :
Kisah-kisah pilihan dalam Al-Quran
Penulis : Ummu Hanan Dzakariya
Penerbit: Media sholih bacaan anak islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar