Selasa, 04 September 2018

KISAH ASHABUS SABT

Salah satu umat terdahulu yang dibinasakan oleh Allah adalah sekelompok manusia yang diberi nama Ashabus Sabt. Mereka adalah orang Yahudi yang melanggar perintah Allah untuk tidak mencari ikan di hari Sabtu, karena hari Sabtu adalah hari khusus untuk beribadah kepada Allah.

Larangan Allah di hari Sabtu
Diceritakan bahwa sekelompok warga Yahudi tinggal di sebuah desa dekat Teluk Aqabah. Desa tersebut bernama Aylah. Mereka terbiasa mencari dan menangkap ikan di pantai dekat Laut Merah tersebut. Di tepi pantai Aqabah, terdapat dua berhala bernama Luqaim dan Luqmanah. Setiap kali hari Sabtu tiba, penduduk desa berburu ikan sembari mendekati dua patung tak bernyawa tersebut. Hingga suatu hari, Allah pun menurunkan larangan bagi penduduk desa untuk menangkap ikan di hari Sabtu.
            Allah pernah memerintahkan mereka beribadah pada hari Jumat. Namun, mereka lebih menyukai hari Sabtu. Mereka beralasan bahwa hari Sabtu adalah hari terakhir Allah menciptakan segala sesuatu. Akhirnya, ditetapkanlah bagi mereka hari Sabtu sebagai hari beribadah, dan diharamkan untuk melakukan segala macam usaha pada hari tersebut.
            Tidak berapa lama Allah pun menguji ketakwaan dan iman mereka. Maka Allah memerintahkan ikan-ikan untuk berkumpul pada hari Sabtu dan menghilang di selain hari Sabtu. Alhasil, beragam jenis ikan lezat yang menggiurkan berdatangan ke tepi pantai. Tak hanya itu, ikan-ikan pun berkumpul di sekitar Luqaim dan Luqmanah. Namun, pada hari Ahad hingga Kamis, ikan-ikan menjauh dari tepi laut. Untuk mendapatkan seekor saja, perlu usaha keras dan susah payah.

Melanggar Larangan Allah
Menghadapi godaan tersebut, beberapa penduduk desa menahan diri dan memilih menjalankan perintah Allah. Sementara, sebagian besar lain tergoda bisikan perutnya, dan berpikir bagaimana cara mendapatkan ikan di hari terlarang itu. Ada pula beberapa warga lain hanya berdiam diri dalam kegalauan, tak melakukan apa pun.
Godaan para setan pun berhasil menguasai akal pikiran orang-orang Yahudi. Sekelompok warga pun menemukan cara menyiasati perintah Allah. Mereka berencana menggali telaga atau kolam di tepi laut agar ikan-ikan itu terperangkap di dalamnya pada hari Sabtu, lalu pada hari berikutnya mereka dapat mengambil dan memakannya.
Sepakat, mereka pun berbondong-bondong menuju tepi laut pada Jumat sore, kemudian menggali kolam perangkap ikan. Pada hari Sabtu, mereka beribadah dan tak mengail ikan ke laut. Saat pasang, air laut akan menggenangi kolam secara sendirinya. Ikan-ikan pun ikut terperangkap ke dalam kolam tersebut. kemudian saat air laut surut, ikan tetap berada di kolam tersebut. Keesokan harinya, pada hari Ahad, orang-orang Yahudi pun mendapati kolam mereka penuh berisi ikan-ikan.
Melihat tingkah licik para pembangkang, beberapa warga yang terdiri dari ulama Yahudi dan orang shalih pun marah dan geram. Mereka menasehati para pelanggar larangan di hari Sabtu untuk bertaubat dan kembali mematuhi perintah Allah.
Namun, bukan hanya ditentang oleh para pelanggar, beberapa warga yang sebelumnya hanya berdiam diri pun ikut menentang orang-orang beriman yang shalih. Mereka tidak ikut membuat perangkap kolam, namun mereka tidak senang para penasihat memberi peringatan bagi para pelanggar.

Mereka diubah Menjadi Monyet
Akhirnya para ulama dan orang shalih tersebut pun bermaksud meninggalkan desa. Nasihat mereka tak lagi didengar apalagi berguna bagi para pembangkang perintah Allah. Hingga keesokan harinya, mereka merasa janggal dengan suasana sepi desa mereka. Tak ada keramaian atau pun aktivitas warga. Sejak pagi hari, tak satu pun warga yang keluar rumah. Mereka pun mengutus salah seorang pria untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Memasuki desa, pria utusan tersebut tercengang dengan kondisi desa yang sunyi senyap layaknya wilayah tak berpenghuni. Ia pun mengetuk pintu salah seorang warga, tak ada jawaban. Ia kemudian menintip jendela rumah dan melihat penghuninya bukan manusia, melainkan monyet-monyet. Tak percaya dengan apa yang dilihat, pria itu pun menuju rumah lain. Dua, tiga, sampai sepuluh rumah, namun hasilnya sama. Desa pesisir tersebut menjelma menjadi desa para monyet.
Itulah nasib orang-orang yang melanggar larangan Allah. Semua diadzab diubah menjadi monyet, kecuali yang mau amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menasehati agar mengerjakan kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang dilarang.
Jadi, manusia pada waktu itu terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, yaitu yang melanggar perintah Allah dan tetap menangkap ikan. Kelompok kedua, yakni yang melarang kelompok pertama menangkap ikan. Kemudian kelompok ketiga, ialah yang berdiam diri, tidak mau mengingatkan teman-teman mereka yang melanggar larangan Allah. Adapun kelompok yang diadzab menjadi kera adalah kelompok satu dan tiga. Sedangkan kelompok kedua diselamatkan oleh Allah.

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kisah ini
1. Berusahalah untuk selalu menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Orang yang berbuat dosa, ia akan mendapatkan hukuman dari Allah di dunia ini dan juga kelak di akhirat nanti.
3. Nasihatilah temanmu jika mereka berbuat salah. Jika engkau diam, engkau juga bisa ikut terkena hukuman, jika Allah menghukumnya di dunia ini.

Dikutip dari :
Kisah-kisah pilihan dalam Al-Quran
Penulis : Ummu Hanan Dzakariya
Penerbit: Media sholih bacaan anak islam


1 komentar: