Budaya
Bercocok Tanam
Salah
satu budaya Indonesia yang sudah mulai terkikis adalah budaya bercocok tanam.
Di era globalisasi seperti saat ini,
manusia telah berubah menjadi modern. Bangsa Indonesia kini telah terpengaruh
oleh perilaku budaya asing yang nampaknya kurang sesuai dengan budaya dan jati
diri bangsa Indonesia. Mereka cenderung menginginkan sesuatu dengan mudah,
dengan instan, dengan praktis.
Sebagai contoh dalam menginginkan
makanan. Masyarakat kini lebih menyukai makanan fast food dan makanan impor
yang mereka anggap rasanya lebih lezat. Pemerintah, selaku pengatur negara
harus menyesuaikan dengan permintaan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah
juga menyetujui kebijakan impor makanan. Seperti yang kita ketahui kacang
kedelai yang mampu kita tanam sendiri saja harus diimpor.
Akibat kebijakan tersebut, permintaan
atas barang lokal pun menurun sehingga para petani beralih profesi. Mereka
lebih memilih bekerja mengadu nasib di kota dari pada bercocok tanam di desa dikarenakan
pendapatan yang jauh lebih menguntungkan mereka.
Hal ini tentunya perlahan-lahan akan
mengurangi jumlah petani lokal. Padahal sesungguhnya Indonesia merupakan negara
agraris yang sangat potensial.
Pemerintah seharusnya memahami bahwa
dengan kebijakan impor yang biasa dilakukan akan mengikis budaya bercocok tanam
di Indonesia. Indonesia dengan sumber daya alam yang berlimpah ruah, tanah yang
subur, tanah yang dibanggakan bangsa-bangsa di dunia, dan didukung dengan
tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Namun ironinya kini harus rela
meneguk budaya-budaya asing yang dapat meruntuhkan budaya bercocok tanam yang
kita miliki.
Sampai kapan kita akan tetap seperti
ini? Bangsa Indonesia seharusnya memiliki rasa cinta pada tanah air. Rasa cinta
tanah akan tercipta jika kita sadar bahwa kita tumbuh besar karena makanan yang
kita makan berasal atau tumbuh dari tanah Indonesia. Berbeda halnya apabila
kita terbiasa makan makanan impor. Kita tidak akan menyadari masyarakat betapa
kayanya negeri kita, betapa besarnya perjuangan saudara kita untuk menyiapkan
makanan yang akan kita makan. Hal ini juga dapat mengurangi rasa cinta terhadap
sesama saudara kita.
Teknologi pun sering dijadikan alasan
untuk menghambat budaya bercocok tanam. Ini bukanlah hal yang perlu
dikhawatirkan. Indonesia memiliki banyak insinyur yang jika mendapat perhatian
dari pemerintah akan menghasilkan teknologi yang maju.
Saya rasa solusinya adalah dengan
menghilangkan doktrin masyarakat tentang lezatnya makanan impor. Kita harus
bersama-sama merangkul bangsa ini agar menjadi bangsa yang mandiri, tidak
bergantung pada bangsa lain, dan harus bangga akan negeri ini. Caranya adalah:
1. Pemerintah
mendukung kegiatan petani lokal dengan cara memberikan bibit-bibit, pupuk, dsb
secara berkala agar biaya yang diemban petani tidak terlalu berat.
2. Pemerintah
mengadakan training-training tentang budaya bercocok tanam kepada para
pengangguran.
3. Pemerintah
menambah pengalokasian dana untuk para insinyur lokal agar dapat menciptakan
teknologi yang mendukung kegiatan bercocok tanam.
4. Membiasakan
memakan makanan lokal sejak dini agar budaya bercocok tanam tetap terjaga.
Jika
Indonesia telah mempercayakan kebutuhan pangannya pada petani lokal, permintaan
pangan atas makanan lokal akan bertambah sehingga petani semakin sejahtera.
Petani sejahtera, masyarakat sejahtera, negara pun menjadi sejahtera.
Sadarlah
bangsaku, jangan sia-siakan sumber daya alam dan budaya yang di negeri kita ini. Yakinkan pada
diri sendiri bahwa sesuatu yang berasal dari negeri sendiri lebih bermutu, sebelum
semua itu hilang.
Nama : Vinnike Hermawanty
NPM : 29213869
Kelas : 1EB23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar